Tema dalam protokol ini:

Senja ini pertemuan dilaksanakan di tempat Birgit dan Thomas. Jürgen bertindak selaku medium, penyampaian secara lisan dalam kondisi trance penuh.

JOSUA: Segala puji bagi Tuhan dan damai bersama kalian.

(Dilanjutkan salam hangat dari kelompok)

Marion: Nyemplung-nya lancar?

JOSUA: Ya.

Thomas: Dengan semangat.

Rolf: Karena sudah larut?

JOSUA: Bukan, bukan, tidak begitu. Aku menyebutnya "sisihkan tempat".

Thomas: Haruskah engkau berdesakan?

JOSUA: Ya, begitulah.

Birgit: Segalanya berjalan baik?

JOSUA: Ya, semuanya baik, hanya butuh sedikit waktu, terima kasih.

Ya, kita semua punya sesuatu, aku tidak menyebutnya sekarang sebagai stres, tetapi kita toh disibukkan dengan kejadian pada minggu lalu. [Yang dimaksud adalah akibat dari amok di kota Winnenden]

------------------------

Catatan Penterjemah (Anmerkung des Uebersetzers ueber Winnendenamok):

Penduduk Winnenden, kota kecil dengan populasi 27.600 jiwa, terletak sekitar 20 km timur laut kota Stuttgart (Jerman), pada hari Rabu tanggal 11 Maret 2009 digemparkan oleh peristiwa amok seorang siswa berusia 17 tahun yang, saat pelajaran sedang berlangsung, menembak mati 9 siswa (mayoritas siswi), 3 guru, dan 3 pejalan kaki. Akhirnya pelaku bunuh diri setelah tembak-menembak dengan polisi. Pelaku dari kalangan menengah, punya segalanya, kecuali sahabat dan perhatian. Pelaku diketahui mengalami depresi, sakit secara psikis dan sejak tahun 2008 dalam perawatan psikiater, tapi menghentikan paksa perawatan itu. Penembakan dilakukan pelaku dalam kelas, lalu di luar sekolah saat pelaku melarikan diri.

-----------------------

Birgit: Itu dapat kumaklumi.

JOSUA: Kesibukan tidak saja menyangkut jiwa-jiwa yang kembali ke alam baka, melainkan juga keluarganya yang masih hidup. Hal itu berakibat sebab kami toh ada di dekat sini [Jerman]. Jika peristiwa itu terjadi di Amerika sana, maka akan lain halnya.

Betty: Ya.

JOSUA: Jika terjadi di sana, maka kelompok lain yang akan bertindak. Aku duga, akan butuh waktu agak lama, sampai orang-orang ini kembali normal seperti sedia kala.

Betty: Oleh sebab itu, pasti MADELEINE punya banyak kegiatan sekarang.

JOSUA: Ya.

Betty: Aku sangat memikiri dia, pada waktu aku mendengar peristiwa amok tersebut.

JOSUA: Ya, dia mengurus mereka yang tiba di alam baka, sebab hal tersebut sedikit mengejutkan.

Betty: Betul. Engkau sudah menyatakannya beberapa waktu silam, bahwa dia yang mengurus hal-hal demikian.

JOSUA: Ya. Para korban amok harus pertama-tama mengerti, apa yang menimpa mereka.

Betty: Ya.

Rolf: Lha ya, mungkin kejadian itu tidak tercantum di jalan kehidupan mereka.

JOSUA: Tidak, ada sesuatu yang di luar kontrol dalam perjalanan hidup mereka, yang ....

Betty: ...terlempar keluar.

JOSUA: Terlempar keluar garis kehidupan, ya, tetapi itulah hal-hal, yang sekarang masuk dalam perjalanan hidup.

Birgit: Apa itu sudah kalian lihat sebelumnya?

JOSUA: Melihat sebelumnya? Tidak dalam skala besar seperti ini. Bahwa pelaku gampang dipengaruhi, itu sudah kami ketahui sebelumnya. Hanya saja menjadi sulit, untuk menarik dia kembali (dari dekapan kuasa gelap), jika dia sudah demikian dirasuki...

Rolf: Untuk menghentikannya?

JOSUA: ...atau untuk dapat menghentikannya. Inilah problemnya, bahwa para ilmuwan kalian tidak mengetahui, apa yang memotivasi orang-orang sehingga menjadi pelaku amok. Dalam peristiwa itu, ia tidak melaksanakannya sendirian. Ia sudah dibantu total dari alam negatif, dari kuasa kegelapan, untuk melakukan amok. Tentu saja juga ikut berperan dalam hal ini bidang sosial dan labilnya jiwa pelaku, yang melihat lingkungan sekitar dengan pandangan lain. Tetapi di kasus ini betul-betul ada bantuan dari kuasa gelap, sehingga seorang manusia mampu melakukan amok seperti itu. Dan kembali tercapai keadaan, di mana seluruh kota ....

Betty: Lha ya.

Rolf: Terguncang.

JOSUA: ... berada dalam kondisi depresi terdalam. Ini bisa dipahami. Yang paling buruk dalam kejadian ini adalah, bahwa getaran emosi orang-orang sampai mencapai alam baka. Ia tidak berhenti di depan pintu Petrus, sebagaimana yang dikatakan orang.

Betty: Ya. Apa kabarmu, JOSUA?

JOSUA: Sebetulnya aku dalam keadaan baik, sangat baik.

Rolf: Kembali pada kalimat terakhir: itu artinya, getaran emosi keluarga yang ditinggalkan sampai pada kalian [di alam baka]?

JOSUA: Ya.

Rolf: Kesedihan, kemarahan total, atau apanya yang sampai?

JOSUA: Ya, kemarahan total itu tidaklah begitu buruk, kemarahan total dapat dibendung. Tetapi yang namanya kesedihan, keputus-asaan, ketidak- mengertian ini begitu hebatnya, mereka tidak mengetahui, mengapa. Di kalian selalu berlaku, manusia ingin sekurang-kurangnya tahu, mengapa. Tetapi umumnya tidak demikian, apa yang benar-benar ingin mereka ketahui, sebab toh hal ini tidak mengubah apa pun.

Birgit: Tidak, toh tak ada yang akan balik dari alam baka.

JOSUA: Tidak, melainkan sebenarnya hanya membantu untuk memahami situasinya.

Mereka tidak akan memaafkan pelaku, jika dia beralasan, bahwa keluarganya berantakan, dia tak diperhatikan, tak ada teman wanita, tak ada sahabat. Itu semuanya nilai-nilai minus ranah sosial, yang dia punya. Toh tetap mereka tidak memaafkannya, bahwa dia begitu banyak menembak mati orang-orang, terutama para remaja.

Betty: Itu betul-betul sasarannya.

JOSUA: Ya.

Rolf: Dan hampir seluruhnya para gadis.

Betty: Ya, mayoritas gadis remaja.

Rolf: Semua ayah, jika orang melihatnya, dikatakan bahwa hubungan ayah dan anak gadisnya senantiasa istimewa.

JOSUA: Ya, itu menusuk lebih sedikit pada para korban, yang dia tembak, melainkan lebih banyak pada yang ditinggalkan. Bagi siswa lainnya, yang melihat kejadian itu di kelas dengan mata kepala mereka sendiri, itu jauh lebih buruk dan mereka perlu diurus melebihi jiwa-jiwa yang ke alam baka. Jiwa-jiwa yang ke alam baka ini akan sangat cepat melupakannya, dan ada inkarnasi baru. Tetapi bagi yang masih ada di bumi, mereka ini tidak mengerti.

Rolf: Ya, dan kecemasan akan kembali tersebar.

Betty: Ya.

JOSUA: Ya.

Dirk: Percayakah engkau, ada pengertian lebih besar seandainya orang-orang yang bersangkutan telah mengetahui sangkut-pautnya?

JOSUA: Tidak. Itu tidak dapat diandalkan, aku minta padamu. Untuk kejadian itu tak ada pengertian. Orang mungkin dapat berkata, okay, tapi bagi semua manusia ada solusi itu dan solusi ini di bidang lainnya, tidak di yang satu ini.

Dirk: Apa yang kau pikirkan?

Thomas: Ada selalu sebuah solusi, yang akan terlihat lain, demikian pemahamanku.

Marion: Di luar penggunaan senjata api.

JOSUA: Bukannya begitu, seperti yang kita baca, bahwa video-game-lah penyebabnya. Itu semua pernyataan tolol. Tentu saja banyak remaja melarikan diri ke alam fantasi, tetapi pada langkah menuju realitas ada ambang hambatan, untuk mampu menembak mati sesama manusia. Sebab seseorang berusia 17 tahun pun tahu konsekuensinya, jika dia melakukan hal tersebut. Ini bukanlah kekuatan yang menggerakkan.

Rolf: Ya, selalu jika orang mendengar alasan ini, aku menentangnya ekstra keras, guna dibuat sebagai argumentasi. Setiap orang itu ada percobaan dalam kehidupan sehari-hari...

JOSUA: Tentu saja.

Rolf: ...percobaan dalam berbagai bentuk dan di suatu tempat harus ada yang berfungsi, yaitu hati nurani: kulakukan, atau tidak. Baiklah, ambang hambatan, ini mungkin selalu berlainan, tetapi sang prinsip berlaku, katakanlah setiap hari pada jutaan orang.

JOSUA: Ya.

Rolf: Dan karena itulah aku melihat kasus ini tak ada bedanya. Jika itu berfungsi, maka pelaku tak akan melakukannya, atau ia mendengar suara hatinya.

JOSUA: Itu betul seluruhnya, tetapi semua itu, seperti yang kusampaikan tadi, suara hatinya diredam dan dipadamkan oleh kuasa gelap. Ini tak ada kaitannya dengan senjata api, seperti yang diberitakan. Itu semua tidak betul. Bukan senjata yang menembak, melainkan pelaku yang menembak. Seandainya dia tak punya senjata, ia akan mengendarai mobil. Apa yang terjadi, jika ia menabrak para pejalan kaki dengan mobil? Makanya ada cukup banyak kemungkinan. Dalam pada itu yang salah pasti bukan sang barang, dengan apa pelaku melaksanakannya, melainkan selalu orang yang menggunakannya.

Birgit: Engkau mengatakan barusan, suara hatinya diredam ....

JOSUA: Ya.

Birgit: ...dipengaruhi oleh sisi negatif, atau kuasa gelap. Itu suatu perkembangan, yang tidak terjadi kemarin untuk hari ini, bahwa hal demikian dapat berfungsi.

JOSUA: Tidak, itu merupakan proses yang lama.

Birgit: Apakah pada dasarnya setiap orang dapat dipengaruhi kuasa gelap?

JOSUA: Tidak, sisi negatif benar-benar mencari dengan cermat manusia yang mampu dipengaruhi, yang cukup labil, guna memakan umpan. Di mana sang rasio dipadamkan, di mana pelaku pada saatnya tidak memahami apa yang dia lakukan. Pengertiannya baru diperoleh umumnya saat berikutnya nanti.

Pada para pelaku remaja hal ini tiba pada saat mereka tidak dapat lagi melawan, ketika mereka tidak bisa lagi bertahan, atau hal serupa. Pada saat itulah mereka sadar, apa yang sebenarnya terjadi, dan lalu mereka bunuh diri.

Birgit: Untuk lari dari situasi tersebut, atau?

JOSUA: Ya, tentu saja, untuk lari, dan di sini yang lari adalah sisi negatif. Seandainya pelaku remaja masih hidup, maka dia akan berkata, bahwa dia tidak tahu apa- apa, tentang hal mengerikan yang telah dibuatnya.

Birgit: Ya.

JOSUA: Sebab dia benar-benar tidak tahu. Begitulah, itu diambil sebagai kemenangan. Setiap pelaku amok tidak akan mengatasinya, yakni pelaku amok sejati, dan dia adalah salah satunya.

Birgit: Engkau mengatakan "diambil", apa artinya, apa pelaku lalu masuk ke alam negatif?

JOSUA: Jiwanya direbut, supaya menyebabkan penderitaan di dunia. Ini tak bisa terjadi di alam baka. Yang dari sisi negatif tidak bisa menyerang kami di alam baka, melainkan hanya lewat alam materi.

Birgit: Apakah pelaku itu berasal dari alam surgawi, aku misalkan begitu, atau inkarnasi dari lingkungan negatif?

JOSUA: Pelaku tidak berasal dari sisi negatif.

Birgit: Artinya, ia kini melangkah mundur dalam pengembangannya? Atau bagaimana aku dapat menjabarkannya.

JOSUA: Tidak, ia tidak membuat pengembangan mundur, melainkan ia akan menarik pengertian dari hal yang ia perbuat. Pengertian itu akan memakan tempo yang sangat lama, karena dalam waktu yang sangat lama ia tidak bisa inkarnasi. Ia mengalami kejadian itu sekarang [senantiasa berulang].

Birgit: Di lingkungan negatif?

JOSUA: Tidak. Sisi negatif ikut menarik dia dari kehidupan materi.

Birgit: Ya, dan di mana ia sekarang?

JOSUA: Ia berada di ruang antara, antara negatif dan positif, di sana, di mana juga ada jiwa-jiwa yang telah bunuh diri.

Rolf: Apa itu yang pernah kita nyatakan sebagai lingkungan antara?

JOSUA: Bukan lingkungan antara, dia tidak bisa mengganggu kalian, dia tidak bisa menjadi hantu.

Rolf: Ah ya.

JOSUA: Pahamkah kalian, dia diisolasi, tetapi ia mengalami segalanya berulang-ulang, dan itu baginya sangat dramatis.

Birgit: Tidaklah mungkin, jika jiwa berasal dari sisi positif inkarnasi, seandainya pun kejadian yang mengerikan terjadi, bahwa ...

JOSUA: Engkau tidak balik lagi.

Birgit: Engkau tidak balik ke sisi negatif?

JOSUA: Tidak, jika engkau sudah mengalaminya, lewat tahapan ini, maka tidak ada jalan kembali.

Thomas: Maka yang negatif tetap di negatif, yang positif di alam positif, apa pun yang terjadi.

JOSUA: Di alam netral, biarkan di alam netral...

Thomas: ...di alam netral, tetapi tidak di alam negatif...

JOSUA: ...di alam netral, di alam positif dari pencerahan, bukan di alam positif maupun negatif, dia tergantung di antaranya. Kalian menyebutnya begitu indah dengan "duduk di antara kursi" dan begitulah yang benar-benar terjadi. Ia mendapat hadangan dari sisi negatif, dan dari sisi positif ia memperoleh ini "pikirkan, temukan pencerahan, apa yang telah kau perbuat, mengapa kau melakukannya" dan begitu seterusnya. Ini sekarang suatu kondisi kacau. Tetapi kami tidak melanggar Konvensi Jenewa..

Thomas: Konvensi.

JOSUA: Konvensi, ya. Kami punya aturan sendiri. (senyum simpul)

Thomas: Apakah berlaku kesimpulan balik: jika kau berasal dari sisi negatif, terserah, apa yang kulakukan di sini, aku tidak bakal mencapai sisi lain, sisi positif. Apakah begitu halnya?

JOSUA: Jika engkau berasal dari sisi negatif, maka maknanya adalah, untuk menuju ke sisi positif. Sebab hanya ada satu arah arus, tak ada arus sebaliknya.

Thomas: Okay.

JOSUA: Pahamkah engkau, tak peduli apa yang terjadi di alam materi, jika ia kembali ke alam baka, harus ada perbaikan kembali, pencerahan darinya adalah soal lain. Apa yang bagi kalian sebagiannya terlihat mengerikan, mungkin suatu pengalaman bagi jiwa tertentu. Itu seluruhnya individu. Hanya dalam kasus ini aku harus mengatakan pada kalian, ini bukanlah seuatu yang dikehendaki. Ada kesepakatan, bahwa orang mengatakannya padamu, kita akan mengalami babak ini, bagaimana jalannya. Aku sebagai yang ditinggal... Yang ditinggal, begitu ucapan kalian?

Rolf: Ya.

JOSUA: ...sebagai yang ditinggal, sebagai pelaku, atau korban. Itu semua dapat disepakati. Lalu peristiwanya bagi kalian di bumi memang suatu kejadian yang mengerikan, tetapi itu terjadi untuk mengumpulkan pengertian, jika jiwa berasal dari sisi negatif, yang mana tahapan berikutnya akan dicapai, yakni alam surga. Maka terjadilah. Pada situasi yang tak terkontrol, di mana stabilitas jiwa tidak cukup besar, yang lalu melakukan sesuatu, yang tidak tercantum dalam jalan hidupnya, maka kami harus bertindak. Tetapi tidak ada jalan balik, melainkan stagnasi. Ia tidak akan bisa bertemu dengan keluarganya, dengan teman-temannya dalam tempo yang sangat lama, karena mereka ada di alam positif. Ia sendirian.

Birgit: Dan itu demikian lama sampai dia dijemput?

JOSUA: Ya, baginya akan sulit dengan pengertian ini, karena dia tetap menggantung di jepitan.

Dirk: Untuk merekat pada arah pengembangan, mungkin pada umumnya dikatakan lagi, apa yang engkau barusan katakan.

Thomas: Tidak haruskah, jika kita dihadapkan pada pemisahan, toh memberi suatu arah pengembangan ke sisi negatif. Lepas dari kasus ini, dari amok ini?

JOSUA: Aku tahu, apa yang engkau maksudkan. Pemisahan adalah lepas dari yang total. Yang total, kolektif, keseluruhan kolektif itu tidak negatif, juga tidak positif. Engkau tidak boleh menambahkan suatu penilaian, pada saat engkau memberi kolektif suatu penilaian, maka dia jadi benda individual. Tapi dia tidak demikian, menjadi individu itu melalui pemisahan, jika dijelajahi. Kami menamakannya negatif, sampai derajat tertentu, di mana dia balik kembali. Derajat ini, garis, di mana lalu balik ke sisi positif.

Dirk: Okay, aku kini sedang di jalan [perumpamaan pikiran], bagaimana mungkin, bahwa jiwa sampai di sisi negatif.

JOSUA: Pada saat dia berpisah dari kolektif.

Birgit: Kita semua berasal dari sisi negatif?

JOSUA: Ya, aku ingin menjelaskannya lagi: kalian melihat sisi negatif sebagai sesuatu yang jahat. Dan Lucifer itu toh hanya sebuah nama, suatu benda, yang kalian tetapkan sebagai penguasa sisi negatif. Kami melihatnya agak beda: ia adalah suatu fase [lainnya]. Kami bertentangan dengannya. Ia merupakan suatu, bagaimana aku menjelaskannya..

Birgit: ...suatu kebutuhan?

JOSUA: Sisi negatif tidak setuju, untuk keluar dari kolektif. Perlu waktu lama, aku tidak tahu, apakah kalian bisa menggambarkannya, untuk kembali jadi individual. Mungkin sebuah contoh, memang agak brutal, tetapi cobalah membayangkan, lenganmu dipenggal dan harus hidup mandiri. (JOSUA membuat gerakan berayun-ayun dengan lengan). Total mandiri.

Birgit: Ya.

JOSUA: Sang lengan tidak paham, dan engkau di sisi lain juga tidak. Begitu juga di sini dilihatnya, suatu saat terjadi pemenggalan dari yang total. Dan pemenggalan ini tidak sederhana. Pemenggalan ini tidak seperti lahirnya bayi. Kelahiran merupakan hal positif, sang bayi dirawat, dilindungi, harusnya begitu. Pemenggalan dari kolektif, itu begini: engkau tiba-tiba saja punya kesadaran, bahwa engkau tidak berada lagi di sana, di mana engkau seharusnya berada, dan tujuanmu, sebenarnya adalah untuk kembali pulang. Hanya sekarang ini tibalah apa yang barusan aku katakan: hanya ada satu arah.

Birgit: Jika aku sudah di luar, haruskah aku menjelajahi seluruh jalan?

JOSUA: Ya, engkau tidak dapat begitu gampang berucap, hup, sekarang aku balik kembali. Bukan begitu. Pintu tertutup, melangkahlah. Begitu, dan semakin jauh engkau melangkah ke dalam pengembangan negatif atau sisi minus ini, kian sulit bagimu. Engkau mulai inkarnasi di alam materi, tetapi tanpa intelektual besar. Engkau harus mencerna semua. Banyak, yang harus atau melakukan ini, menjadi marah, sebab mereka masih mengetahui, bahwa mereka berasal dari sesuatu, di mana mereka punya segalanya. Dan lalu tibalah pertanyaan masyhur: apa makna segalanya? Mengapa aku harus melakukannya? Tak ada lagi pemahaman. Dan kemarahan besar dapat menjadi sangat akbar.

Birgit: Jika aku berasal dari kolektif ini dan tiba di suatu lingkungan lain, berada di suatu lingkungan rohani, apakah ini lingkungan negatif?

JOSUA: Ya baiklah, kami katakan "lingkungan minus", bukannya negatif yang sekarang dinyatakan sebagai jahat dengan dedemit, sebagai neraka atau yang serupa. Itu pernyataan tolol.

Birgit: Ya, aku sampai di lingkungan minus ini dan barulah kemudian mungkin terbentuk pikiran dan kemungkinan, untuk menggunakan materi, untuk mengembangkan sang aku. Di kolektif tak ada kemungkinan ataupun pikiran.

JOSUA: Aku dapat menggambarkannya, jika engkau ada di kolektif, maka engkau tidak tahu apa pun - tapi, engkau tahu, bahwa ada alam materi. Sebetulnya ini sangat rumit. Aku tidak dapat dengan mudah menggambarkan apa pun di kolektif. Seandainya engkau di kolektif punya pikiran ini, aku tak mau keluar dari sini, maka itu bukan lagi kolektif. Melainkan itu suatu pemberian alami, yang dipandang oleh kolektif sebagai sesuatu keutuhan. Berikutnya, aku menjelaskannya begini, aku menegaskan: aku. Aku menjelaskannya demikian: itu adalah suatu gelembung. Penuh energi.

Dirk: Kolektif?

JOSUA: Kolektif! Penuh energi, dan ia selalu semakin besar. Tekanan selalu jadi kian kuat. Harus ada lubang pelepasan. Harus ada perimbangan. Kolektif mengetahui segalanya, atau juga tidak, kolektif dapat sangat cerdas, kolektif dapat sangat dungu. Itu tidak ia sadari. Kolektif hanya tahu, bahwa jika tidak ada gerakan...

Betty: Stagnasi.

JOSUA: ...bahwa akan terjadi stagnasi. Aku pikir, bahwa satu-satunya, yang benar- benar diketahui kolektif, adalah, bahwa suatu gerakan harus terjadi.

Birgit: Dan oleh sebab di satu sisi selalu ada yang menyusul menggelincir keluar, yang menjelajah jalannya dan tiba kembali, harus ada di sisi lain yang juga keluar lagi.

JOSUA: Tepat. Harus keluar lagi.

Thomas: Dan jika engkau sekarang berkata, ada suatu aliran terus-menerus di gelembung ini, aku ikut menyebutnya begitu, dan supaya tidak meletus, harusnya di sisi lain ada suatu lubang pelepasan, di mana roh keluar lagi...

JOSUA: Begitulah yang kubayangkan.

Thomas: Okay, kubayangkan juga begitu. Mereka dipaksa, untuk pergi lewat jalan, jalan yang panjang, menjelajahinya, sesampai di sisi lain lalu pada selanjutnya juga ada di deretan dengan mereka, yang kembali tiba. Bersamaan dengan itu juga ada roh di sisi lain yang keluar. Dan engkau berkata, ada kekesalan di beberapa tempat, sebab roh bertanya-tanya, mengapa aku melakukan ini. Itu toh disebabkan karena aku tahu, dari mana aku berasal?

JOSUA: Itu benar. Pada saat, jika engkau sudah meninggalkan kolektif dan engkau menjadi individu, engkau juga tahu, dari mana engkau berasal. Yaitu dari kolektif. Engkau dipisahkan dari yang manunggal. Engkau harus membayangkannya, engkau datang dari sorga, di mana segalanya serba ada. Bayangkan apa pun yang terindah, yang dapat engkau bayangkan, semuanya itu engkau miliki. Dan sekonyong-konyong engkau didorong keluar dari sorga, pintunya ditutup dan ada yang berkata, kini buatlah sesuatu yang lain.

Rolf: (tertawa)

Dirk: Dan itu tidak hanya satu roh saja, melainkan sekelompok seperti yang engkau nyatakan dengan contoh lengan tadi.

JOSUA: Ya. Kalian harusnya tidak menerima kata demi kata, aku mencobanya hanya untuk melukiskan hal itu, sebagaimana yang kubayangkan. Dan kedatangan kembali itu juga hal yang pasti. Apa yang didorong keluar itu adalah roh, energi, tanpa jiwa, hanya roh murni. Dan masalahnya adalah, bahwa setiap [roh] harus balik kembali, sebab pada suatu saat roh akan penuh. Ia itu kecil dan hanya punya suatu kapasitas penyimpan tertentu guna menampung pengertian. Suatu saat jika kapasitas penyimpan maksimal tercapai, roh akan kembali ke kolektif, mengantar isi penyimpan untuk diserahkan. Hal ini tak berhubungan dengan, bahwa engkau akan menjadi malaikat, jika engkau berbuat baik, bahwa engkau suatu saat nanti duduk di sebelah kanan Gusti Sang Pencipta. Melainkan kami tahu dan kalian tahu, bahwa perjalanan balik ke kolektif adalah pengertian. Pengertian dari banyak hal-hal emosi dan materi. Ada suatu masa di mana setiap roh akan penuh pengertian. Jadilah ia punya sesuatu, yang dapat dia bawa ke kolektif, yang ia kumpulkan sendiri. Selanjutnya peralihan ke kolektif, ia menyerahkan bawaannya, masuk ke dalam, dan manunggal dalam sebuah kolektif besar, berikutnya mungkin suatu saat bahkan individu yang sama akan didorong keluar. Sang kesadaran, pahamkah kalian.

Birgit: Itu akan kembali didapatkan. Di dekat pintu akan diperoleh mantelnya lagi, benar begitu yang kubayangkan ini?

Dirk: Juga demikian...

JOSUA: Maaf, biarkan aku formulasikan pikiran ini sampai selesai, apa, yang sekarang kami ketahui, masih kami ketahui, adalah yang telah terjadi di masa lampau, sampai suatu masa tertentu. Itulah triknya. Aku sudah tidak tahu lagi, kapan aku pada saat memperoleh jiwa individualku, kapan aku pada saat dahulu kala keluar dari kolektif.

Birgit: Tetapi engkau menduga, bahwa ...

JOSUA: Kamu hanya punya bagian [ingatan] tertentu, yang kamu punyai [saat sekarang], lalu mulailah saat pelupaan. Sebagaimana aku telah mulai, untuk melupakan inkarnasiku yang terakhir. Aku tak dapat lagi menyatakan padamu secara detil tentang inkarnasiku yang paling akhir.

Birgit: Apakah jiwa-jiwa juga lupa, bahwa mereka telah menjelajahi lingkungan negatif, jika mereka sudah berada di lingkungan positif?

JOSUA: Tidak, hal tersebut mereka ketahui, bahwa mereka telah menjelajah lewat lingkungan negatif, juga pengalaman apa yang mereka kumpulkan dari sana.

Aku hanya dapat membayangkan, bahwa pengertian perdana kita, baiklah, sekarang aku ada di luar, sekarang kita buat sesuatu. Itu dapat kubayangkan. Dapat juga dikatakan begini, sekarang aku ada di sana, di luar pintu, dan menggedor-gedornya, sekarang gambarannya, dan berseru: hey, biarkan aku masuk kembali, aku tak mau di luar sini. Dan mereka tidak membiarkanmu masuk, lalu aku semakin agresif, dan roh sangatlah kuat. Itu tadi gambarannya, supaya kamu dapat lebih mengerti. Begitu, dan jika kamu sadar, kamu sendirian, apa yang akan kau perbuat? Kamu tak punya pengembangan -ini tidak bisa jadi, seandainya begitu maka kamu akan segera penuh- melainkan kamu hanya mendapatkan dia ini sebagian demi sebagian, sehingga kamu, jika kembali [ke kolektif] hanya punya kemurnian dan kesepakatan. Itu semua dapat kubayangkan dahsyatnya.

Dirk: Kita membicarakan perjalanan pulang ke kolektif misalnya melewati lingkungan, bahwa orang ada di surga, orang belajar, orang inkarnasi, orang punya pengertian baru, suatu saat nanti orang bakal seperti engkau di situasi yang mirip dan menyatu dengan bagian kembarannya. Bagaimana fungsinya jalan turun, keluar dari kolektif? Engkau barusan menyatakannya, roh ada di luar pintu dan menggedor-gedor.

JOSUA: Misalkan, ya.

Dirk: Pada saat, jika ada di luar, ini kan mirip keadaannya dengan saat baru saja menyatu dengan sang kembaran di lingkungan ke tujuh dan semakin agresif dan gedoran kian keras, jadinya lebih dalam lagi terjun ke lingkungan. Jika begitu, aku masih kurang paham, bagaimana lingkungan negatif diisinya.

JOSUA: Lingkungan negatif diisinya, dalam mana kolektif mengeluarkan energi rohani. Dan kolektif hanya dapat mengeluarkan ini ke satu arah. Coba bayangkan seperti sebuah bola, semua itu sebuah bola, tidak berakhir, bukan? Di sini dikeluarkan, di sini mengalir, bagai sebuah sungai.

Dirk: Ya.

JOSUA: Dan tidak bisa mengalir balik. Aliran sebuah sungai tidak mengalir mendaki gunung.

Rolf: Sebagai suatu lubang pengaman, di mana hanya ada satu arah aliran.

Birgit: Begitu itu fungsi yang lain berikutnya, sang pengembangan.

JOSUA: Tepat.

Birgit: Demikian pula dengan contoh barusan, seandainya pun terjadi hal mengerikan, orang tidak bisa jalan kembali, hanya tetap di tempat.

JOSUA: Tepat . Dan itu yang terjadi di sini. Beberapa dengan cepat menerima individualitas ini, mungkin, bahwa mereka sudah sering melakukannya, kita tidak tahu. Aku tak bisa mengatakannya. Beberapa tidak bisa selesai dengan situasinya, dilepas dari sesuatu yang aman tenteram, dan mereka ingin balik kembali. Perlu beberapa waktu, sampai pengertian ini tiba: tak bisa balik. Inilah pengertian pertama: tak bisa. Harus melakukan yang berikutnya, apa yang akan kulakukan? Maka aku berjalan sempoyongan bagai anak ayam kehilangan induk dan berpikir: apa yang kau lakukan? Maka mulailah perjalananmu -semua ini hipotesis- pada planet tertentu yang masih pada tingkatan rendah. Dan tak peduli, bahwa kamu mulai sebagai sel tunggal. Kamu belajar pertama-tama dalam pertarungan untuk hidup di alam materi, itulah pengertianmu berikutnya - untuk memangsa dan dimangsa.

Dirk: Apakah sekarang ini - maaf, bahwa aku memotong, tetapi ini penting bagi pemahaman - apakah menurut engkau setiap jiwa atau pasangan roh, yang keluar dari kolektif, harus mengalami hal ini?

JOSUA: Ya. Ini hukum alam, ini adalah awalnya.

Birgit: Bahwa inkarnasi perdana tidak sebagai manusia, melainkan sebagai sel tunggal?

JOSUA: Bisa saja, ya. Tidak sebagai manusia, silahkan dibantah, juga jika ada tertulis, Tuhan menciptakan manusia sesuai gambaranNya, Ia menciptakan roh sesuai gambaranNya.

Birgit: Tetapi satu sel tunggal punya...

JOSUA: Ya, apa yang dimiliki sebuah sel tunggal? Sebuah sel tunggal tak punya pengetahuan, bahwa ada alam materi, di mana ia dapat hidup. Bahwa selanjutnya roh dan jiwa hanya inkarnasi sebagai mahkluk lebih tinggi, itu jelas, kamu tidak berkembang ke belakang, kamu tidak dapat kembali sebagai keledai atau sapi, sesuai logika, tak peduli kendati kepercayaan soal ini masih ada dan saling bertentangan di bumi.

Thomas: Tetapi, maaf, antara sel tunggal dan manusia, mengapa tidak sebagai keledai?

JOSUA: Di antara tahapan evolusi mungkin saja kamu sudah pernah menjadi keledai, tetapi engkau tidak bisa dilahirkan sebagai manusia...

Thomas: ...dan pada saat inkarnasi berikutnya sebagai keledai. Ya, okay.

JOSUA: Begitu itu yang tepat berlawanan dengan aliran evolusi atau inkarnasi.

Brutalitas, kembali pada kejadian amok tadi, yang berasal dari sisi negatif, lenyap bersamaan dengan pengertian, bahwa bukan itu jalannya. Banyak jiwa atau manusia, yang lalu berada di bumi, yang bertindak agresif dan brutal, ada dalam kepercayaan kokoh, bahwa pertempuran ini adalah satu-satunya kemungkinan. Sampai mereka suatu saat memahami: bukan demikian adanya. Tidak boleh hal tertentu dilakukan, guna mengakhiri waktu inkarnasi sesama secepat mungkin. Itulah sang pengertian. Dan jika kalian mengamati evolusi kalian sendiri, kala peperangan zaman silam, di saat pra sejarah, pada zaman Mesir kuno, zaman Romawi, tatkala orang-orang saling berkelahi, sampai mati, di mana kematian saat itu masih dilihat sebagai sesuatu yang wajar, maka selanjutnya semua berubah dan senantiasa akan berubah. Tetapi di masa kini toh masih ada banyak orang yang masih belum memahami itu.

Birgit: Itu aku pahami, tetapi aku masih bingung terkait dengan sel tunggal.

JOSUA: Kamu bermula dari anggapan, bahwa engkau punya kecerdasan, jika engkau dikeluarkan dari kolektif. Demikian itu tidak kukatakan. Engkau tidak punya apa pun! Kecuali kesadaran, keluar dari kolektif, itulah pengertianmu yang pertama. Dan ketika ini kau dapatkan, pada saat itu pintu di belakangmu ditutup.

Birgit: Sekarang aku tidak heran lagi, bahwa tak ada yang mau keluar, kondisinya jelek begitu.

JOSUA: Tetapi sebagaimana dikatakan, itu tidaklah dapat direnungkan, giliran siapa yang keluar, namun terjadilah. Ada hal-hal yang terjadi. Dan hal yang terjadi, itu bukan bahan pikiran. Begitu adanya. Sebuah "sungai" tidak berpikir, mengapa ia sekarang mengalir, melainkan ia mengalir. Dan demikian pula pada lingkungan [spiritual] rohani. Semuanya mengalir.

Dirk: Dalam perumpamaan dengan sungai ini, aku ada cetusan pikiran sebelumnya, sungai berasal dari sumber kolektif dan selalu mengalir ke "bawah", kembali lagi ke sumber asal. Artinya, di suatu tempat tertentu ia harus mengalir naik.

JOSUA: Ya tentu saja, air menguap, naik ke atas dan menjadi awan, lalu awan menjadi hujan dan air turun ke bawah.

Dirk: Ini gambaran yang menolong.

JOSUA: Ya, begitulah halnya. Adalah penting, aku sudah melihatnya, Birgit, engkau berpikir, jika engkau keluar dari kolektif, engkau punya satu pengetahuan, satu kesadaran, satu kecerdasan.

Birgit: Satu kesadaran.

JOSUA: Satu kesadaran. Engkau punya kesadaran, bahwa engkau sendirian, bahwa engkau keluar dari sesuatu, dari mana engkau sebetulnya tidak ingin keluar. Beberapa yang sudah keluar tapinya malahan tidak berpikiran apa-apa dan bahkan langsung menjelajah.

Birgit: Ya, tetapi jika aku punya satu kesadaran, sekarang kita mungkin sampai pada definisi kesadaran, jika aku punya satu kesadaran, maka aku punya kemungkinan untuk memutuskan, aku dapat menyadari hal-hal tertentu.

JOSUA: Misalnya begitu.

Birgit: Orang mendapat pertama-tama pengertian ini, pintu tertutup, aku harus mencoba sesuatu yang lain. Dan kini aku bayangkan satu sel sunggal, dan apa- apa yang sampai saat ini aku ketahui soal sel tunggal.

JOSUA: Apa yang terbentuk dari sel tunggal?

Birgit: Evolusi biologis jelas, tetapi aku -itu tak berkaitan dengan kesadaran, melainkan dengan- bagaimana sebutannya pada hewan?

Rolf: Insting.

Birgit: Insting atau...

JOSUA: Ya, lebih dari itu tidak kamu punyai sama sekali. Kamu bahkan tidak punya kesadaran, seperti yang engkau definisikan sebagai kesadaran.

Rolf: Orang harus lepas dari kecerdasan.

JOSUA: Ya, engkau juga harus punya satu pengetahuan.

Birgit: Ya, soal kecerdasan sudah, tetapi kesadaran dan kecerdasan adalah dua hal berbeda ...

Rolf: Kamu pada prinsipnya hanya tahu 2 hal.

JOSUA: Engkau.

Rolf: dan engkau ada...

Birgit: ...tidak lebih dari itu, di mana engkau pernah berada.

JOSUA: Persis. Inkarnasi itu pada awalnya dan juga pada kami adalah sesuatu, yang tidak dapat kamu teliti, melainkan itu terjadi.

Birgit: Itu sudah kupahami.

JOSUA: Pada awalnya kamu inkarnasi, aku mengatakannya sekarang tidak sebagai sel tunggal, aku mengatakannya kini sebagai sesuatu, supaya dapat mulai, dari mana [segala lainnya] berkembang. Itu adalah suatu yang butuh waktu lama ..

Birgit: ...tetapi masih bukan menyerupai manusia?

JOSUA: Bukan, masih akan sangat lama, masih miliaran inkarnasi, sebelum sesuatu yang mirip manusia dapat terjadi, sebelum roh tiba di dekat planet [bumi]. Tetapi ia berkembang dalam sel tunggal, misalnya menjadi hewan tertentu. Suatu saat nantinya ia mampu memutuskan, apakah tetap demikian, atau berkembang ke arah lain.

Birgit: Alur ini dapat kubayangkan, aku hanya berpikir ...

JOSUA: Kamu beranggapan, satu sel tunggal tak punya kesadaran dan tidak dapat berkembang lanjut.

Birgit: Begitu, dan aku beranggapan, bahwa kita berasal dari kolektif dulu itu sudah menyerupai manusia.

JOSUA: Tidak, tidak, kamu dulu itu hanya sejumput awan kecil energi. Sekarang kamu mungkin sudah menjadi sebuah awan, tetapi saat kamu keluar dulu, mungkin kamu cuma satu butir pasir, bahkan bukan sebutir pasir, bukan berwujud materi, tetapi sebuah butir maha kecil pasir spiritual.

Birgit: Partikel kecil.

JOSUA: Partikel kecil, ya.

Thomas: Tadi engkau mengatakan, dalam peredaran seluruh pengembangan ini akan dicapai suatu stadium, di mana lalu lebih dekat dengan kolektif, sebab roh mulai penuh. Kapasitasnya terisi maksimal, dan tak punya lagi kemampuan untuk menampung.

JOSUA: Ya, harus diserahkan, ya.

Thomas: Tepat, lalu harus diserahkan, itulah gambarannya. Ya, berikutnya aku masuk ke kolektif dan menyerahkan muatan, yang sudah kuperoleh selama jutaan tahun pengembangan. Muatan itu lalu diintegrasikan di kolektif dan semua memperoleh manfaat darinya. Itulah gambaran yang sama, yang telah kulakukan selama tahapan inkarnasi sebagai manusia, bahwa aku di sini senantiasa menyempurnakan pengetahuanku, atau lebih banyak lagi mengumpulkan, kembali, dan seterusnya, hanya aku tidak menyerahkannya pada yang lain, melainkan menyimpannya di brankasku.

JOSUA: Persis.

Thomas: Tetapi pada suatu saat nanti aku ada di batas kemampuanku atau kapasitasku, dan lalu aku harus masuk ke kolektif, sebab kapasitas penyimpanan sudah tidak muat lagi.

JOSUA: Tidak muat lagi, tepat.

Thomas: Adakah perbedaan? Adakah mahkluk yang kapasitasnya lebih besar?

JOSUA: Tidak, kamu tak boleh melihatnya begitu. Di sini bukan bicara soal volume, melainkan soal pengertian. Suatu saat nanti bagi setiap roh akan tercapai yang namanya pengertian maksimal. Lebih dari pengertian itu tak dapat lagi dia kumpulkan.

Birgit: Apakah ini berbeda secara individu?

JOSUA: Tidak, tidak berbeda, melainkan di sana, ke mana kita pergi, sebelum masuk ke kolektif, kita semua mempunyai kedudukan yang sama, yaitu [jumlah] pengertian [-pengertian] yang sama. Dan dalam pada itu termasuk pengertian, yang kita nilai sebagai sesuatu yang sia-sia, yang tidak bakal kita buat lagi.

Pahamkah kamu, sebutlah ini sebagai sesuatu yang samar-samar. Kamu lalu punya pengertian dari pengertian. Ini yang kamu bawa, bukannya kamu sekarang membuka lacimu, menaruh semuanya di ransel dan lalu pergi, melainkan kamu membawa pengertian dari pengertian. Dan setiap pengertian dari pengertian itu sedikit berbeda, sebab setiap kumpulannya itu lain-lain, mirip, tetapi tidak sama.

Bayangkan, bahwa setiap roh mungkin hanya mampu mengangkut sebuah bagian kecil dari pengertian-pengertian, kendati roh itu -jika diukur- besar luar biasa. Tetapi sebenarnya hanya sangat, sangat kecil. Dan setiap roh lain membawa pula bagian lain dari pengertian.

Birgit: Aku baru saja punya suatu gambaran di kepala, bahwa setiap roh hanya dapat masuk, jika gambar puzel-nya selesai.

JOSUA: Tepat.

Birgit: Dan gambar puzel ini hanya satu bagian dari total gambar puzel raksasa.

JOSUA: Ya, betul begitu. Oleh karena itu kalian mengalami bermacam jalan sosial dan tak ada satu pun jalan sosial persis sama dengan lainnya. Tak ada pengertian yang persis sama dengan pengertian lainnya, meskipun mungkin saja pengertian sosial dari banyak inkarnasi amat mirip.

Birgit: Itu tepat juga dalam gambar puzel, di situ tak ada bagian yang sama.

JOSUA: Tepat. Dan setiap gambar puzel adalah satu mahkluk roh, yang kumpulannya di dalam kolektif menjadi suatu gambar utuh. Sebuah contoh bagus, untuk itu aku berterima kasih padamu. Begitulah yang kami bayangkan di lapisan ke tujuh, teman-temanku. Apakah seperti itu sesungguhnya ...

Rolf: Engkau tidak tahu.

JOSUA: Itu menjadi kebajikan dari kesimpulan akhir, aku tidak tahu, tetapi aku hidup dengannya dan banyak makhluk roh yang sibuk mendalami hal itu, sebab itu termasuk dalam mengumpulkan sebuah pengertian. Untuk melihat maksudnya, mengapa aku mengumpulkan pengertian, untuk boleh menjadi satu bagian dari sebuah gambar besar - di mana sang gambar tentunya bakal terbentuk oleh lebih dari 5000 bagian. (tersenyum)

Birgit: (tertawa) Aku percaya itu juga.

JOSUA: Semoga tak ada yang berpikir salah, itu adalah suatu puzel raksasa.

Birgit: Terutama, jika aku menyaksikan untaian pengembangan ini, diawali dari sel tunggal, lebih tak terbayangkan dibandingkan yang aku lihat sebelum ini.

JOSUA: Dan lalu masih harus kamu bayangkan, bahwa di pojok atas sana ada yang membuat rusak bagian puzel.

Birgit: Siapa itu yang berbuat?

JOSUA: Jika saja kita bisa menangkap basah si pelaku... (senyum)

Thomas: Dan siapa yang bakal menyaksikan puzel yang sudah selesai ini?

JOSUA: Ya, itulah pertanyaan berikut.

Birgit: Siapa yang dapat melihatnya, ya, dan gambarnya berubah?

JOSUA: Dijamin.

Birgit: Jika bagian-bagian lain tiba.

JOSUA: Pasti, ini sebuah gerakan yang terus-menerus, gambar ini. Itu bukan gambar yang selesai lalu ditempel, melainkan satu gambar, yang senantiasa selalu berkembang, ia berubah senantiasa.

Betty: Selalu diperbarui terus-menerus.

JOSUA: Pada saat, di mana gambar ini selesai...

Birgit: Maka terjadilah stagnasi.

Thomas: Diam tak bergerak.

JOSUA: ... tamat sudah. Itu adalah filsafat bagus. Tolong digaris-bawahi filsafat ini, aku tak ingin melekat di sana. Itu filsafatku. Dan satu [mahkluk] roh, yang beranggapan, bahwa ia tahu, bagaimana fungsinya dalam kolektif, kusebut dia sebagai penipu ...

Dirk: Tetapi bukankah logika juga yang akan menyatakan, bahwa kesadaran itu masa sekarang, saat ini, di mana gambar ini terbentuk? Dalam pada itu kita pernah mengatakannya saat pertemuan terdahulu, jika ingatanku benar. Engkau pernah berkata, masa lalu sudah pergi dan akhirnya juga masa sekarang dan hanya tinggal masa depan.

Dan dalam pada itu aku, pernah berujar, betapa sulitnya untuk mengerti ketika dihadapkan pada gambaran dari bagian puzel, dari pengumpulannya, dan untuk memperhatikannya.

JOSUA: Gambarannya berubah sendirinya, berubah melalui masa depan.

Dirk: Itulah yang tidak kupikirkan, aku pikir, ia berubah sekarang, dan akan terus berubah di masa depan.

JOSUA: Ia selalu berubah terus, ia berubah dalam tiga fase. Bukan, dalam dua fase, bukan tiga fase. Di masa lalu, itu kita ketahui, ia sudah berubah, ia berubah sekarang dan kita tahu, bahwa ia berubah pada masa depan, sebab kini kita eksis.

Birgit: Sebab kita terus mengembangkan diri.

JOSUA: Ya. Selama ada roh individual, selama itu ada masa depan dari kolektif.

Dirk: Dan masa kini dari eksitensi.

JOSUA: Dan masa kini dari eksistensi. Hanya jika kolektif tidak punya masa depan lagi, maka semuanya lenyap, juga masa sekarang, dan masa lalu jadi nol dan punah. Itu tak bakal terjadi, kami akan menjaganya. Paham?

Dirk: Hari ini ya. Bagaimana sekarang definisimu tentang kesadaran?

JOSUA: Definisiku untuk kesadaran sebenarnya hanya ini: aku ada.

Birgit: Aku sadar diri, bahwa aku ada.

JOSUA: Ya, itulah kesadaran, dan sebuah kesadaran dapat ada, tanpa ia tahu, apa- apa yang terbentang di depannya. Satu kesadaran itu sebetulnya merupakan masa sekarang dan masa lalu dan berlaga untuk masa depan.

Dirk: Jika ia mengingatnya, itulah masa lalu, lain dari itu hanya merupakan hasil dari masa lalu.

JOSUA: Persis.

Dirk: Lain dari itu adalah masa sekarang, aku mengerti, ya.

JOSUA: Itu hal dahsyat, itu hal luar biasa, oleh karena itu kita coba menelusuri jajaran buku bergambar, agar setiap orang paham.

Thomas: Dalam pada itu ada pernyataan filsafat yang menarik, yang menyatakan, tak ada satu pun dari ketiganya. Masa lalu sudah lewat, artinya, ia tidak ada lagi, ...

Rolf: Apa itu pernyataan dari filsuf tertentu?

Thomas: Hm, bukan sembarang filsuf (senyum), itu pernyataan dari Augustinus. *

-----------------------------

* "Bagaimana orang dapat berkata, bahwa [waktu masa lalu dan waktu masa depan] itu sang waktu, sebab bukankah masa lalu itu sudah lewat dan masa depan masih belum ada? Sang waktu saat ini tetapi, jika ia selalu ada dan tidak beranjak ke masa silam, bukan lagi waktu, melainkan keabadian" Dari Augustinus von Hippo, (354-430), Confessiones lib.11

---------------------------------

Rolf: Ah ja.

Thomas: Masa sekarang jadinya juga tidak ada, sebab jika aku sekarang berkata masa sekarang, pada saat itu dia sudah jadi masa lalu.

JOSUA: Sudah menjadi masa lalu.

Thomas: Ia tak ada, atau tidak ada lagi, karena ia sudah berlalu. Dan masa depan itu idem halnya, karena ia masih akan datang. Tetapi kini hal tersebut akan terlalu jauh menyimpang [jika dibicarakan lanjut].

Dirk: Begitulah jadinya ada yang senyatanya... (tanpa waktu).

JOSUA: Itu tidak salah, itu tidak salah, jika keseluruhannya kuperhatikan secara garis besar, orang harus memperhatikan hal ini, melihat masa lalu dibandingkan masa depan dalam detil terkecil. Itu adalah suatu waktu tertentu, tetapi aku dapat membagi sang waktu dalam susunan besaran. Dan di susunan besaran ini, di susunan besaran terkecil, ada masa sekarang. Masa lalu pun ada, sebab masa lalu adalah, apa yang telah lalu.

Birgit: Akan tetapi masa sekarang adalah satu-satunya saat, di mana aku merasa.

JOSUA: Itu sangat cepat [berlalu].

Birgit: Ya, tapi itulah di mana aku menyadari diri, di mana aku merasa, di mana aku dapat menemukan keputusan-keputusan.

JOSUA: Dalam pada itu jika engkau sudah menemukan keputusan, sampai kamu menemukannya, itu sebetulnya waktu sudah lewat lagi. Jika kita ambil contoh pertemuan kita ini, mulai dari saat awal pertemuan, sampai sekarang ini, maka awal pertemuan tadi sudah menjadi masa lalu. Jika kamu mulai dengan sebuah kalimat dan kata terakhir sudah diucapkan, maka kata tadi itu sudah jadi masa lalu. Orang dapat benar-benar sekarang bagai telur di ujung tanduk. Itu juga sebuah ungkapan dalam masalah tersebut. Begitulah, jika kita sekarang berkata, masa lalu adalah masa lalu dan memberikan masa sekarang suatu ruang bermain yang lebih luas, sebelum masa depan dimulai, maka hal itu mungkin tidak tepat benar dipandang dari kacamata ilmu pengetahuan, namun jauh lebih dapat dipahami.

Birgit: Ya, sebab masih ada satu jendela waktu, di mana aku masih dapat berbuat sesuatu. Juga kata, yang barusan engkau ucapkan tadi, tetap dapat aktiv aku kaitkan. Dengan demikian kita masih punya sebuah fleksibilitas tertentu. Dan kupikir, aku hanya punya kemungkinan ini di masa sekarang.

JOSUA: Pertanyaannya cuma, kapan masa sekarang dimulai? Apakah hanya pikiran yang jadi masa sekarang dan sesudah awal kata telah menjadi masa lalu? Pahamkah kamu, kita dapat membuatnya berbelit-belit, tapi di suatu tempat ada masa sekarang. Di suatu tempat masa sekarang selalu merupakan satu tindakan, satu awal, tak peduli berapa lama ia berlangsung, di sini sang waktu pada saat itu tak memainkan peran. Aku juga tidak dapat membuktikan kekeliruannya, aku juga tidak membuktikan kesalahannya, aku hanya mengatakan, bagaimana adanya: ada eksistensi masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Dalam wujud bagaimana dan dalam pemahaman apa, ini soal lain. Tentu saja aku dapat berkata, tak ada masa sekarang - bukan materi. Masa sekarang kita, pikiranku, pikiran bebasku adalah tujuh kali lebih cepat ketimbang pikiran kalian. Apakah aku punya masa sekarang yang lain dibanding masa sekarang kalian?

Birgit: Itu tadi yang baru saja kutanyakan sendiri, apakah ia dapat dipengaruhi?

JOSUA: Nah. Masa sekarang adalah masa sekarang, orang tidak dapat menundukkan masa sekarang dengan waktu.

Birgit: Ya, kita pernah mendapatkannya pada tema mengenai waktu: aku dapat mengukur lamanya waktu dari A menuju B, tetapi aku masih punya juga sebuah persepsi individual, dan apakah itu bukannya sesuatu yang mungkin menentukan?

JOSUA: Di situ ada yang menentukan, tentu saja.

Birgit: Maka kemudian mungkin juga pada kesadaran, semakin dekat ke masa kini aku hidup, dapat hidup di saat ini, memiliki kemampuan ini, untuk ada, maka mungkin saja aku punya kesadaran yang lebih dalam dan dengan demikian berbeda jendela waktunya dibandingkan seseorang, yang menghabiskan hari tanpa berpikir.

JOSUA: Tidak, bagi orang itu ketiga fakta tadi juga nyata.

Birgit: Ya, bagi dia matahari akan terbit di pagi hari dan terbenam saat senja, tetapi dengan apa ia dapat mengisi waktu, perasaan individual untuk waktu, atau untuk kesadaran, bukankah itu ruang bermain, yang kita punya?

Dirk: Aku sendiri tidak akan membedakannya, yang satu mengisi waktunya secara aktif dan yang lain membiarkan sang waktu yang mengisinya.

JOSUA: Ya, barusan saya berpikir, apakah kita dalam hal ini setidaknya punya perbedaan kecil, namun kita tidak bisa. Itu tidak ada hubungannya dengan tindakan. Masa sekarang, masa lalu, dan masa depan tak berkaitan dengan tindakan, melainkan mereka itu sebuah aliran waktu. Dan apa pun yang kamu lakukan, juga seandainya pun engkau memutuskan, aku tidak melakukan apa- apa hari ini, di bagian pikiranmu yang terdalam, belum menginjak pada kesadaran, melainkan berawal di bawah sadar, tetap saja itu adalah masa sekarang. Melalui pengukuran waktu orang coba membentuk tiga faktor tadi. Hanya saja kalian di bumi ini punya ruang masa sekarang yang lebih luas, ketimbang kami di alam baka.

Birgit: Karena kami lebih lambat.

JOSUA: Ya.

Dirk: Atau ini, jika engkau memutuskan, untuk tak berbuat apa-apa, maka engkau dapat tujuh kali tak berbuat apa-apa dibandingkan kami [di bumi].

JOSUA: Tepat, bukankah ini hebat?

Dirk: Itu fantastik. (semuanya riang) Tetapi dari mana datangnya bilangan tujuh tadi? Mengapa tujuh kali dan tidak 15 kali, atau 21 kali, atau 13 kali?

JOSUA: Itulah hukum alam: tujuh.

Dirk: Dari mana asalnya?

JOSUA: Ya begitu itu. Aku tidak tahu. Pokoknya tujuh.

Dirk: Pokoknya tujuh, okay deh, setiap roh di alam baka mengetahui ini?

JOSUA: Ya.

Dirk: ...ada apa di balik "pokoknya tujuh"?

JOSUA: Tujuh, atau sebagaimana yang dikatakan oleh kalian manusia, itu bilangan magis. Aku tidak tahu, mengapa demikian, mungkin suatu saat nanti aku akan tahu.

Dirk: Pada saat itu biarkan kami mengetahuinya pula.

JOSUA: Aku tak percaya, bahwa ada cukup waktu, bahwa kalian saat itu masih hidup di bumi, pada saat aku mendapat jawabannya.

Birgit: Maka kita akan menyelesaikannya di alam baka.

Rolf: Pemahamanku tadi begini, kalian menjelaskan soal gelembung, bahwa ada aliran. Dan supaya alirannya bisa berfungsi, maka ada lubang pengaman di sisi lain. Sekarang logikanya, jika ada aliran, dari mana dia berasal.

JOSUA: Kamu duga, bagaimana itu dapat meluber, sebab tidak ada lagi yang balik kembali, yang sudah keluar, bukan. Atau, apa maksudmu?

Rolf: Ya, kalian punya ini, jika aku memahaminya, kalian sudah menjelaskan keharusan adanya lubang pengaman sebagai hasil dari aliran balik. Dengan begitu, agar aliran baliknya dapat ada di suatu tempat, harus pula ada lubang pengaman lainnya...

JOSUA: ...yang kembali mengalir.

Rolf: Baiklah, sampai di sini kita sepakat.

JOSUA: Sampai di sini kita sepakat.

Rolf: Baik, jika aliran balik ini syarat adanya lubang pengaman, ari mana datangnya, apa yang balik lagi?

Thomas: Tidak ada pengapian awal, aku kira, ke sana itu arah pembicaraan yang kamu hendak maksudkan.

Rolf: Jadi harus ada satu penyaluran, sebelum ada yang datang lagi.

Thomas: Tepat.

JOSUA: Persis, dan apa penyaluran ini? Kamu tidak tahu, ini yang kukatakan padamu.

Rolf: Kamu sekarang mungkin maksudkan dengan itu pemisahan, atau?

JOSUA: Bukan, alasan, bahwa harus ada pemisahan atau dapatnya terjadi aliran, adalah, bahwa ada ancaman stagnasi.

Rolf: Jadi ancaman adanya stagnasi adalah alasan, untuk membuka lubang pengaman dan dengan itu dijamin adanya aliran. Harus ada sesuatu yang mengawali keluar, sebelum ada yang masuk.

JOSUA: Harus ada yang keluar dan butuh waktu yang lama, sangat lama, tolong ini teoriku, tapi aku anggap ini sangat bagus: sampai kolektif sepakat, bahwa perlu pemisahan, ia sendiri sudah dapat mengumpulkan pengertian, begitulah harusnya dulu itu. Dan pada saat ini tercapai, pada saat tak ada lagi pengertian yang dapat dikumpulkan yang bisa ditambahkan dalam keseluruhannya. Maka harus ada penemuan jalan baru. Kecerdasan kolektif cukup besar dan dapat memikirkan sesuatu.

Lalu diciptakanlah jagad raya, materi, energi dilepas, yang diubah menjadi materi. Menjadi materi dalam wujud matahari, planet, makhluk hidup, sel tunggal, dsb. Untuk mengorganisir semua itu, kolektif harus memberi sesuatu dari dia sendiri, sebab hanya kolektif, Roh Agung ini, Energi ini, yang mampu menciptakan segalanya tadi. Itu adalah Ilahi, hanya Sang Pencipta yang dapat berbuat itu, tak ada lainnya. Ia harus melakukannya.

Thomas: Dan dengan begitu praktis menghidupkan peredaran.

JOSUA: Dan dengan begitu praktis menghidupkan peredaran, sebab kolektif sudah berkata, jika Aku menciptakan sesuatu dan memperhatikan, apa yang terjadi dengan apa-apa yang telah Kuciptakan, maka Aku memperoleh pengertian, dapat memrosesnya dan berputar, eksis, sebab Aku bergerak. Sungguh suatu yang dahsyat, apa-apa yang telah dicptakan kolektif. Dan kami juga tidak tahu, berapa lama kami telah duduk, sampai kami datang ide, bahwa materi merupakan pertolongan bagi kolektif. Sebab kita waktu itu adalah masih satu. Aku juga tidak tahu, apa yang dapat kami kumpulkan sebagai pengertian, pada waktu kita masih satu, satu kolektif. Mungkin hari ini sudah terjadi, bahwa kolektif, telah lupa beberapa bagian. Bicara tentang kolektif dari segi filsafat, kupandang sebagai faktor yang tidak mungkin, sebab itu tidak bisa secara filsafat. Itu hanya bagian kecil dari, di mana orang mencoba untuk memperoleh pengertian.

Rolf: Jalannya tidak nanti aku sarankan, tetapi pertanyaannya datang otomatis, sejak setengah jam ada di kepalaku.

JOSUA: Kamu betul seluruhnya, jika ada terbentuk sebuah aliran, harus ada dari mana datangnya.

Rolf: Begitu, dan katanya, sebab hanya ada satu lubang pengaman, bahwa lubang ini menjadi lubang yang kontinyu, praktis menjadi sesuatu sarana yang terus- menerus.

JOSUA: Tepat.

Rolf: ...sebab tidak ada dua.

JOSUA: Tidak, hanya ada 1 keluaran dan satu masukan.

Rolf: Jelas sudah.

JOSUA: Dan berapa lama akan berlangsungnya, sampai semua pengertian diambil dari jagad raya ini, sampai lubang pengaman, di mana sesuatu keluar, kembali ditutup, ini aku tidak tahu, dan apa-apa yang terjadi selanjutnya, aku juga tidak tahu.

Rolf: Tahukah kamu, itu kami juga tidak ingin tahu.

Dirk: Justru kami ingin mengetahuinya.

JOSUA: Tetapi kita akan duduk bersama suatu waktu nanti dan memikirkannya, bagaimana nanti - mungkin dalam waktu 5, atau 6 juta tahun, mungkin lebih lama lagi, aku tidak tahu.

Thomas: Tujuh, kupikir bagus.

JOSUA: Tujuh. Tujuh juta tahun, ini kita dapatkan dia lagi, tujuh. Ada sesuatu jadinya. Dari sisi yang satu kalian harus membayangkan keseluruhan sebagai yang agung, dahsyat, tak berakhir, dari sisi lainnya kalian harus membayangkannya sedemikian rupa, bahwa kalian dapat memahaminya.

Rolf: Itu tidak cocok.

JOSUA: Agar mampu memahami dan menarik kesimpulan dari makna mengenai apa yang kalian harus lakukan.

Dirk: Aku khususnya tertarik pada pendapatmu, kebijakanmu, atau juga pada filsafatmu: jika di suatu saat diawali dengan pemisahan, sebagai lubang pengaman, sebagaimana kita sudah nyatakan, harusnya ada kondisi sebelumnya, di mana segalanya juga ada dalam gerakan, sebab stagnasi seperti yang kita dengar tadi, tidaklah baik.

JOSUA: Ya, aku sudah mengatakannya, ya.

Dirk: Wujud ini sebagai keutuhan sebelum pemisahan, apakah menurutmu itu kolektif atau bagimu kolektif itu seperti Sang Pencipta? Atau ada perbedaan antara pusat kolektif dan yang menjadi kolektif, atau apakah menurutmu semuanya itu satu?

JOSUA: Itulah kolektif..

Birgit: Adakah semuanya itu satu?

JOSUA: Semuanya esa.

Dirk: Engkau tidak membedakan Tuhan Sang Pencipta atau awal segalanya dan kolektif dan makhluk hidup dan yang berasal darinya?

JOSUA: Tidak, jika kolektif punya pusat, maka itu bukanlah kolektif. Jika begitu, maka ada individu dengan banyak individu di sekelilingnya atau satu individu di sampingnya.

Dirk: Aku bawa ide ini, sebab, jika sebelum pemisahan harus ada sebuah gerakan, karena tak boleh ada stagnasi, maka ada kemungkinan secara filsafat, bahwa suatu massa kolektif berputar mengelilingi sebuah pusat. Begitulah sampainya pemikiranku, dan pusat ini bagiku sekarang merupakan awal, cahaya purba, atau Tuhan. Makanya aku bedakan antara kolektif dan Tuhan.

JOSUA: Kamu mensyaratkan adanya sebuah pusat. Kamu anggap tidaklah mungkin, bahwa adanya gerakan itu, hanya jika segalanya ada dalam keseluruhan. Dan seandainya pun hanya untuk memperoleh pengertian, bahwa semua senantiasa berputar?

Dirk: Makanya kita ada dalam putaran [dan punya satu pusat].

Birgit: Mungkinkah itu sama dengan kumpulan ikan? Di mana jutaan ikan-ikan kecil, sebuah massa, bagai awan, yang selalu berenang ke arah yang sama, berputar ke sana-ke mari, tanpa ada pertanyaan dari salah satu ikan?

Thomas: Tak ada yang tahu, mengapa mereka melakukan itu.

JOSUA: Tak ada yang tahu.

Birgit: ... "awan" itu melakukannya begitu saja.

JOSUA: Itu dilakukannya.

Dirk: Dalam gambaran ini, aku memberi tahu, bahwa itu hanya berfungsi, jika kamu punya "sesuatu di sekelilingnya", yaitu yang terpisah dan seluruh jagad raya.

JOSUA: Ya, itu sekarang hanya sebuah contoh, mengapa dapat terjadi sesuatu, mengapa sesuatu mengalir. Kamu selalu mencoba membayangkan kolektif dengan tepi batasan.

Dirk: Seandainya pun aku membayangkannya sebagai tak terbatas.

JOSUA: Kamu mencoba membayangkan suatu gelembung, kamu mencoba membayangkan, bahwa kolektif ada di dalam sesuatu.

Birgit: Di dalam suatu ruang terlindungi.

Thomas: Dengan dua lubang pengaman.

JOSUA: Ya.

Dirk: Aku coba sekarang membayangkan kolektif sebagai tanpa batas.

JOSUA: Maka kamu tak punya lubang pengaman. (tertawa)

Dirk: Ya, itulah kondisinya sebelum ada lubang pengaman.

JOSUA: Oh, ia mengerucut dan lalu butuh satu lubang pengaman. Apa yang terjadi, jika segalanya, yang sekarang ini , ada dalam kolektif?

Dirk: Aku percaya, bahwa kita sekarang ada di dalam kolektif, ya. Jika tidak begitu, apa ada yang lain selain kolektif? Tetapi dengan gerakan, mungkin kita ... Aku tidak tahu, apa kita semua gembira karena itu, tetapi... (semua gembira) .. tetapi kita tak lagi berbincang soal itu hari ini.

JOSUA: Tidak, sebagaimana dikatakan, tentang itu kamu benar-benar hanya dapat menyatakannya secara filsafat. Setiap makhluk punya filsafatnya sendiri tentang itu, tak ada satu pun yang punya pengetahuan. Itu adalah syarat. Satu- satunya yang kami betul-betul tahu, definitif, dan dapat memberitahukannya pada kalian, adalah, bahwa ada suatu jalan kembali ke kolektif ini, suatu "peleburan" roh, manunggal ke dalam yang Maha Agung. Bagaimana tepatnya kejadian itu, aku tidak tahu. Dan apakah di sana benar ada satu aliran, aku tidak tahu. Aku juga tidak tahu, apakah betul pemisahan terjadi melalui satu lubang pengaman.

Rolf: Tidak, itu tadi kita ambil sebagai contoh, agar mampu menggambarkannya secara jelas.

JOSUA: Dan oleh sebab itu aku berkata, ya, itu adalah secara filsafat. Tetapi esensi dasar di filsafat ini, ini penting. Bagaimana terlihatnya kolektif, dari apa saja ia terbentuk, bagaimana ia terwujud, aku percaya ini, bagi kita semua, termasuk aku, dan sekalipun lingkungan di atasku, tidak bisa diikuti. Kita hanya dapat memberi gambaran situasi ini dalam pikiran: itu ada. Dan karena itu ada, maka itu [atau Ia] baik adanya.

Birgit: Ya, sebab hanya karena itulah dijamin, bahwa tak ada stagnasi dan sebuah pengembangan dimungkinkan.

JOSUA: Sebab eksistensimu tergantung dari, bahwa kamu suatu saat nanti bakal kembali ke kolektif. Ini adalah fakta. Semua lainnya merupakan perbincangan yang indah, tetapi tak ada bukti, tidak akan ada bukti yang bisa diberikan.

Dirk: Adakah bukti, bahwa engkau berkata "Ia ada", bahwa kita semua berjalan kembali ke dalam kolektif, apakah ini tidak hanya filsafatmu belaka?

JOSUA: Ke mana kamu mau pergi jika tidak begitu?

Dirk: Aku tidak tahu.

JOSUA: Disebabkan oleh pengembangan, disebabkan oleh peningkatan pengembangan, yang jelas dilihat dan dikenali, harus ada yang mengalir menuju sesuatu. Kamu tidak dapat berkata, aku sebagai JOSUA mengumpulkan pengertian sampai di sini dan lalu, goodbye.

Dirk: Lalu goodbye dari alam lingkungan dan pengertian selanjutnya, ini toh dapat dibayangkan.

JOSUA: Bahwa roh menjelajahi beberapa alam lingkungan itu tidak saja dapat dibayangkan, melainkan begitu itu kejadiannya. Tetapi ada sesuatu, Dirk, agar kamu tenang berkaitan dengan hubungan ini, itu bukan teori, itu adalah pengetahuan. Kami tahu itu. Kami tidak percaya itu, kami tak mengkhayalkan itu, kami mengetahuinya. Ini adalah satu-satunya, yang betul dapat kamu bawa, di samping kesadaranmu: untuk mengetahui, bahwa kolektif itu ada, dari mana kamu berasal. Pengetahuan mengenai hal tersebut ada di bawah sadarmu.

Dirk: Satu kesadaran, yang merdeka dari sebuah tubuh?

JOSUA: Kesadaran roh, aku tak bicara tentang kesadaran tubuh.

Dirk: Atau juga sebuah roh dalam sebuah tubuh? Aku sekarang tidak yakin soal yang barusan engkau katakan.

JOSUA: Kamu sebagai tubuh tidak memilikinya. Toh bagimu juga tidak penting.

Dirk: Penting!

JOSUA: Tidak, sebagai tubuh, tidak. Tubuhmu tinggal di sini, bakal menjadi debu, tetapi sebagai roh kamu mengetahuinya. Apakah ini lalu kau gunakan, apa itu lalu kau manfaatkan dan bagaimana kau memanfaatkannya, dapat kamu jumpai di beberapa agama. Sebab untuk itulah agama ada. Tapi ini akan menjadi tema lain, yang akan dapat kita sambung nantinya. Mengapa manusia percaya? Bagaimana agama-agama terwujud?

Dirk: Melihatkah engkau hubungannya dengan dugaan ini, dengan pengetahuan ini, apa-apa yang hanya dipunyai di alam baka?

JOSUA: Tepat, orang sedikit menambahkannya. Orang lalu mencoba di bumi ini memberi tubuh [pengetahuan dari lingkungan lebih tinggi], yang betul-betul tak dapat ia gunakan.

Birgit: Ya, sebab suatu saat nanti minimal ada pertanyaan: apa guna semua ini? Di mana makna segalanya?

JOSUA: Mengapa aku ikut membuatnya?

Dirk: Pada sisi lain, begitu yang aku rasakan, aku adalah satu roh dalam satu tubuh, yang menyibukkan diri dengan pertanyaan itu.

JOSUA: Tepat. Dan untuk itu ada agama-agama, sebab roh [yang inkarnasi] tidak mutlak tahu tentang kita, atau soal eksistensinya. Itu diambil darinya, jika ia ada di bumi.

Dirk: Ya, sayang sekali sebetulnya. Banyak nabi-nabi yang sudah mengetahui hal kalian.

JOSUA: Semua nabi mengetahuinya.

Dirk: Tetapi mereka, orang-orang yang hari ini melaksanakan agama...

JOSUA: Itu soal lain, tentang itu orang dapat berdiskusi, sebab agama, maknanya, terjadinya sebuah agama itu sebetulnya ada pada pengertian rohani, terpenjara dalam tubuh di bumi ini, yang meninggalkan sesuatu dan berkata: Hai manusia, tak ada lagi kecuali apa-apa yang kalian lihat. Para dogmatik, yang mencetuskannya, adalah juga sebuah pengembangan.

Rolf: Kita akan membuat tema ekstra dari situ.

JOSUA: Hari ini tidak lagi, aku akan balik sekarang, ke sana, di mana aku berasal.

Rolf: Aku katakan sekali lagi: Dirk merasa dirinya sebagai satu roh.

Dirk: Dalam sebuah tubuh.

Rolf: Itu istimewa.

JOSUA: Dirk adalah satu biji roh dalam tubuh, ia tidak saja merasakannya begitu, ia ada. Ia punya kesadaran untuk ada. Demikianlah aku harap semoga kalian berada dalam waktu yang nyaman, pergilah dalam harmoni dan damai.....

Dirk: Kami berterima kasih atas perinciannya, atas kebijakan, yang telah engkau sampaikan pada kami senja ini.

Rolf: Dan pada CABUGLO atas penjagaannya.

JOSUA: Aku akan sampaikan terima kasih itu. Pujilah Sang Pencipta! Mohon musiknya sekarang!

Birgit: Terima kasih, JOSUA, tadi itu senja yang indah.